tentang.co.idPIKIRAN RAKYAT – Tidak terpikir sebelumnya oleh Deden Angkasa (40) untuk membuka usaha toko hewan ( pet shop ), dengan fokus bisnis utamanya menjual makanan kucing . Bermula dari coba-coba, ASN di Pemkab Bandung Barat itu kini telah memiliki tiga toko.

Meski bukan toko besar dan masih dengan tempat yang menyewa, Angkasa Petshop milik Deden mampu menopang perekonomian keluarga.

”Paling tidak, sekarang untuk cicilan ini-itu bisa terbayar dari situ ( pet shop ). Alhamdulillah saya juga bisa membayar empat karyawan sekaligus memberdayakan sanak saudara yang memang butuh pekerjaan,” kata Deden, Jumat, 30 September 2022.

Dia berkisah, usaha pet shop digelutinya berawal dari kecintaan keluarganya terhadap kucing . Mulanya dari seekor kucing , lalu berkembang sampai 17 kucing yang pernah dipelihara Deden di rumahnya pada 2020.

”Pusing juga buat kasih makannya. Kalau satu kucing gampang, 1 kg bisa buat seminggu. Kalau 17 kucing bisa sampai 1,5 kg buat kasih makan sehari saja. Sementara harganya juga lumayan,” katanya.

Dengan alasan itu, Deden mencoba cari modal, tempat, dan informasi untuk membuka pet shop . Setahun kemudian, dengan modal sekira Rp30 juta, Angkasa Petshop dibuka di Jalan Ciharashas, Bandung Barat.

”Saya merintis pet shop kecil-kecilan pada April 2021. Waktu itu baru mulai pandemi Covid-19, tapi alhamdulillah usaha saya tidak terpengaruh. Saya bersyukur karena sekarang sudah punya tiga toko kecil-kecilan,” tuturnya.

Berbeda dengan usaha lain yang rentan terpuruk akibat pandemi Covid-19, dia menilai, bisnis pet shop bisa bertahan karena kucing jika sudah menyukai suatu makanan, relatif akan memakan makanan itu saja.

”Setiap habis, pasti dicari, dipaksakanlah beli makanannya oleh si pemilik kucing . Kalau hujan, anak menangis minta suatu makanan, masih bisa dibujuk agar tidak beli, tapi kalau untuk makan kucing pasti dipaksakan hujan-hujanan,” kata Deden menceritakan pengalamannya.

Oleh karena itu, dia memandang bahwa usaha pet shop merupakan bisnis yang potensial. Dari pet shop miliknya, Deden bisa menghasilkan omzet hingga hampir Rp3 juta sehari, itu belum termasuk satu toko di kawasan Batujajar yang belum sebulan ini dibuka.

”Sekarang itu omzet menurun, karena ternyata banyak juga yang akhir-akhir ini buka pet shop . Bisa dibilang menjamurlah karena memang potensial. Namun, kalau lihat usaha lain milik teman-teman, usahanya juga memang lagi menurun juga,” katanya.

Deden menganalisis, kondisi tersebut tak lepas dari kenaikan harga-harga kebutuhan pokok sehingga menurunkan daya beli masyarakat. Salah satu faktor penyebabnya adalah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).

”Itu membuat orang jadi tidak memprioritaskan makanan buat kucingnya. Yang penting ada, mungkin dari sisa makanan, dikasihkan ke kucingnya, karena orang-orang jadi lebih fokus untuk kebutuhan sehari-harinya,” katanya.

Kendati demikian, dia masih teguh dengan usahanya karena terbukti mampu bertahan di tengah pandemi Covid-19. Tak hanya menjual aneka makanan dan perlengkapan kucing , pet shop Deden menyediakan makanan untuk hamster, kelinci, dan burung.

Ke depan, Deden masih bermimpi mengembangkan pet shop miliknya dengan menyediakan layanan grooming (perawatan untuk menjaga penampilan dan kesehatan) kucing maupun klinik hewan. Namun, dia masih terkendala modal.

”Saya sudah mengobrol dengan teman yang dokter hewan. Modalnya lumayan untuk klinik hewan. Selain perlu izin, juga perlu biaya untuk tempat yang representatif dan sesuai standar, lalu untuk peralatan dan perlengkapannya juga harus tersedia,” katanya.

Paling tidak, kata Deden, butuh puluhan juta rupiah untuk membuka klinik hewan.

”Modalnya besar, harus bekerja sama dengan dokter hewan, kemudian risikonya juga lumayan tinggi terutama untuk membuka layanan grooming kucing ,” ucapnya.

Pet motel

Caroline Grace, pemilik Grace Roema Koetjing di Kabupaten Bandung berkisah hampir mirip dengan Deden.

Semakin banyak orang yang memiliki hewan peliharaan, membuat pasar pet shop sedang bagus. Kendati demikian, Grace mengimbau agar pelaku bisnis pet shop memulainnya dari kecintaan terhadap hewan peliharaan.

”Bisnis pet shop melonjak saat pandemi karena orang didorong untuk banyak diam di rumah sehingga sebagian menghabiskan waktunya dengan hewan peliharaan. Yang sudah punya, jadi semakin diperhatikan, yang belum punya, jadi punya hewan peliharaan, seperti anjing dan kucing ,” ujar Grace.

Menurut dia, punya hewan peliharaan tak sekadar diberi makan dan dibiarkan tumbuh berkembang. Kesehatan hewan peliharaan perlu diperhatikan termasuk perawatan tubuhnya.

”Latar belakang saya memulai bisnis pet shop adalah dari pengalaman pribadi. Saya punya kucing dan saya memerlukan banyak perlengkapan untuk perawatannya. Seperti makanan kucing , perlengkapan grooming, dan sebagainya. Suatu hari saya beli makanan kucing dalam ukuran karung. Ternyata berlebihan, akhirnya saya bagikan kepada mereka yang juga punya kucing peliharaan. Setelahnya, sebagian kemudian sering menitip beli pada saya,” katanya.

Pada 2019, Grace dan keluarganya membuka Gracias Roema Koetjing di area rumahnya sendiri. Tak heran, pet shop dia bisa disebut hidden pet shop karena tampak dari luar hanya rumah biasa di kawasan Margaasih.

Mulanya, ia hanya fokus dengan kucing karena pasar pet shop untuk kucing pun masih sangat baik. Namun, akhir-akhir ini, ia memutuskan mengembangkannya ke perlengkapan anjing.

Awalnya karena sudah ada pelanggan yang menitipkan anjingnya ke pet shop milik Grace. Dia juga menyediakan layanan pet motel atau tempat penitipan hewan peliharaan.

Selain menjual pakan dan perlengkapan grooming, ia menyediakan cat motel dan area bermain kucing di taman rumput.

”Kami juga berusaha meningkatkan pelayanan seperti bekerja sama dengan dokter hewan untuk merawat kesehatan hewan peliharaan. Juga layanan steril/kebiri, vaksin rabies gratis yang bekerja sama dengan Dinas Pertanian Kabupaten Bandung , pela yanan rawat inap, grooming, cat motel, konsultasi gratis, layanan jasa antar gratis, dan lainnya,” ujar Grace.

Menurut dia, modal berbisnis pet shop relatif tak besar jika memulai dari jumlah dan varian yang sedikit terlebih dahulu.

Tantang an bisnis itu ke depannya adalah saat mengenalkan dan mempromosikan produk-produk baru. Juga persaingan harga, hasil kinerja dalam menjual jasa, atau persaingan dengan market place.

”Sempat juga terkendala saat tenaga groomer terkena penyakit kulit ketika membantu proses pembersihan penyakit kulit scabies,” tuturnya. (Eva Fahas, Hendro Husodo)***