tentang.co.id – Meningkatkan aktivitas fisik ternyata sangat mungkin untuk membantu menurunkan atau mencegah risiko kanker payudara .

Hal tersebut diungkapkan oleh sebuah penelitian terbaru yang diterbitkan dalam British Journal of Sports Medicine.

Meskipun studi observasional telah dilakukan untuk menunjukkan hubungan antara gaya hidup dengan peningkatan risiko kanker payudara, namun sulit untuk membuktikan bahwa keduanya (tidak aktif dan malas gerak) secara langsung menyebabkan kanker payudara.

Ada pun penelitian baru ini dilakukan dengan metode mendelian randomisation yang dapat membantu para peneliti menarik kesimpulan yang lebih spesifik daripada studi observasional.

Metode tersebut menggunakan data genetik sebagai proksi untuk faktor risiko tertentu saat memeriksa efek kausal pada penyakit. Dalam hal ini, gen olahraga – atau kecenderungan genetik untuk tidak aktif atau aktif – dievaluasi guna melihat efek aktivitas fisik pada risiko kanker payudara.

Menurut para peneliti, temuan baru ini menunjukkan bahwa dampak olahraga terhadap risiko kanker payudara mungkin lebih besar daripada apa yang sebelumnya dilaporkan dalam studi observasional.

“Studi acak mendelian ini menegaskan bahwa ada hubungan sebab akibat antara aktivitas fisik dan penurunan risiko kanker payudara,” kata penulis studi yang merupakan ahli epidemiologi kanker di Cancer Council Victoria di Australia, Dr Brigid Lynch, PhD.

Efek aktivitas fisik dalam mencegah risiko kanker payudara

Untuk penelitian ini, tim peneliti internasional dari Australia, Inggris, dan AS memeriksa data dari 130.957 wanita-69.838 wanita yang menderita kanker payudara invasif, 6.667 yang memiliki tumor terlokalisasi dan 54.452 yang tidak menderita kanker payudara.

Data tersebut bersumber dari 76 studi Konsorsium Asosiasi Kanker Payudara yang berbeda.

Para peneliti juga merujuk pada bukti dari UK Biobank tentang bagaimana gen tertentu memengaruhi seberapa aktif atau tidak aktifnya orang yang berbeda secara fisik. Mereka kemudian menggunakan data genetik itu sebagai proksi untuk aktivitas fisik atau perilaku menetap.

Mereka menghitung risiko kanker payudara secara keseluruhan dari para peserta dan membandingkan risiko kanker payudara pada orang-orang yang secara genetik cenderung sering dan rajin berolahraga, dengan orang-orang yang secara genetik cenderung lebih tidak aktif.

Hasilnya, para peneliti pun menemukan bahwa orang yang secara genetik memiliki kecenderungan untuk lebih aktif secara fisik memiliki risiko kanker payudara invasif 41 persen lebih rendah.

Selain itu, orang yang secara genetik diprediksi untuk berolahraga dengan giat tiga hari atau lebih dalam seminggu memiliki risiko 38 persen lebih rendah terkena kanker payudara.

Tim juga menemukan bahwa waktu duduk pada akhirnya dapat meningkatkan risiko kanker payudara hingga 104 persen, terutama untuk jenis kanker payudara yang lebih agresif dengan prognosis yang lebih buruk.

“Intinya adalah bahwa penelitian ini menambah bobot lebih lanjut pada bukti bahwa aktivitas fisik dapat berdampak pada risiko kanker payudara,” terang direktur Yale Cancer Center dan presiden American Society of Clinical Oncology, Dr Eric Winer, MD.

Ini bukan studi pertama yang menemukan hubungan antara aktivitas fisik dan penurunan risiko kanker payudara. Tetapi, dengan menggunakan metode pengacakan mendelian, penelitian tentang topik tersebut semakin diperkuat.

“Semua jenis penelitian memiliki kekuatan dan kelemahannya, tetapi ketika kita dapat menggunakan metode yang berbeda dan menyatukan temuan dari metode yang lain, itu benar-benar memperkuat bukti,” kata Lynch.

Untuk meta-analisis tahun 2019 yang meninjau temuan 10 studi, para peneliti menemukan bahwa penderita kanker payudara yang berolahraga memiliki risiko kematian akibat kanker payudara 40 persen lebih rendah dibandingkan dengan orang yang tidak aktif secara fisik.

Hal yang sama juga ditemukan untuk jenis kanker lainnya, di mana olahraga tampaknya menurunkan risiko kematian pada orang yang didiagnosis dengan kanker kolorektal dan kanker prostat.

Tidak jelas mengapa olahraga memiliki efek ini pada risiko kanker payudara, tetapi para peneliti menduga hal itu mungkin karena kemampuan aktivitas fisik untuk menurunkan peradangan dalam tubuh dan mengurangi kadar hormon seks, termasuk estrogen dan androgen yang telah dikaitkan dengan risiko kanker payudara yang lebih tinggi.

Bukti mengenai mengapa olahraga mungkin dapat mengurangi risiko kanker seseorang masih terus berkembang dan diperlukan lebih banyak penelitian untuk memahami mengapa aktivitas fisik tampaknya menurunkan risiko kanker payudara.

“Ada sejumlah teori, tetapi tidak ada yang konklusif,” tambah Winer.

Langkah lebih lanjut untuk mencegah kanker payudara

Studi baru ini sekaligus memberikan lebih banyak bukti bahwa meningkatkan aktivitas fisik dan mengurangi waktu duduk berpotensi membantu mencegah kanker payudara.

American Cancer Society (ACS) merekomendasikan untuk melakukan 150 hingga 300 menit aktivitas fisik sedang dalam seminggu atau 75 hingga 100 menit latihan berat karena jumlah latihan ini telah dikaitkan dengan risiko kanker yang lebih rendah.

“Aktivitas fisik adalah strategi pengendalian kanker yang penting. Jadi, kita harus berbuat lebih banyak untuk mendorong aktivitas fisik secara teratur dengan menciptakan lingkungan yang membuat aktif menjadi mudah,” terang Lynch.

Di samping itu, Winer juga menyarankan wanita pascamenopause untuk menjaga berat badan yang sehat. Sebab, obesitas merupakan faktor risiko yang diketahui untuk kanker payudara.

“Jaringan lemak dapat meningkatkan kadar estrogen dan menyebabkan kadar insulin yang lebih tinggi. Ini dapat berkontribusi pada kanker payudara,” ungkapnya.

Penelitian juga menunjukkan bahwa mengonsumsi makanan sehat yang kaya buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian dapat mencegah kanker payudara atau mengurangi risikonya.

Sementara itu, menurut ACS, menghindari alkohol adalah bagian penting dari pencegahan kanker payudara karena dalam jumlah kecil sekalipun, alkohol tetap dapat meningkatkan risiko kanker payudara.

Jika tidak benar-benar bisa menghindari alkohol, ACS pun menyarankan untuk minum alkohol maksimal satu gelas per hari bagi wanita dan maksimal dua gelas per hari bagfi pria.

Nah, bagi mereka yang memiliki peningkatan risiko kanker payudara – karena riwayat keluarga yang kuat atau mutasi gen yang diwariskan – ACS juga menyarankan konseling genetik, obat-obatan untuk menurunkan risiko kanker payudara, atau bahkan operasi profilaksis untuk mengurangi risiko penyakit.

Selain mengambil langkah-langkah pencegahan, penting juga untuk tetap mengikuti pemeriksaan secara rutin, sehingga dokter dapat mendeteksi kanker pada tahap lebih awal ketika lebih mudah untuk diobati.

“Meskipun skrining tidak mencegah kanker payudara, namun mengikuti rekomendasi skrining dapat mengurangi risiko didiagnosis dengan versi penyakit yang lebih lanjut,” kata Winer.