tentang.co.id – 3>

Narkolepsi terbagi menjadi tipe 1 dan tipe 2. Narkolepsi tipe 1 disertai dengan hilangnya tonus otot sehingga otot menjadi lemas atau melemah secara tiba-tiba. Dalam bahasa medis, kondisi itu disebut katapleksi.

Sementara itu, mereka yang menderita narkolepsi tipe 2 tidak mengalami katapleksi.

Narkolepsi tergolong sebagai masalah kronis yang tidak bisa disembuhkan. Namun, pemberian obat-obatan dan perubahan gaya hidup dapat membantu penderita mengelola gejala.

Gejala narkolepsi

Gejala narkolepsi dapat memburuk selama beberapa tahun pertama dan berlanjut hingga seumur hidup. Antara lain:

1. Mengantuk berlebihan di siang hari

Orang dengan narkolepsi bisa tertidur di mana saja dan kapan saja tanpa adanya peringatan.

Sebagai contoh, di tengah-tengah kesibukan bekerja atau mengikuti rapat, kita tiba-tiba tertidur selama beberapa menit hingga setengah jam.

Saat kita bangun, tubuh merasa segar namun pada akhirnya kita kembali mengantuk. Kewaspadaan dan fokus juga menurun sepanjang hari.

Rasa kantuk berlebihan di siang hari biasanya merupakan gejala narkolepsi yang pertama muncul. Ini bisa menyebabkan kita kesulitan berkonsentrasi penuh.

2. Hilangnya tonus otot

Katapleksi atau hilangnya tonus otot dapat memicu perubahan fisik, mulai dari bicara yang tidak jelas hingga lemas atau lemah pada sebagian besar otot. Kondisi tersebut bisa berlangsung beberapa menit.

Katapleksi adalah kondisi yang tidak bisa dikendalikan dan dipicu oleh emosi yang intens seperti kebahagiaan, ketakutan, atau kemarahan.

Contoh kasus, ketika kita sedang tertawa, tiba-tiba kepala kita mulai terkulai atau lutut menjadi lemas.

Sebagian orang dengan narkolepsi umumnya mengalami satu atau dua episode katapleksi dalam setahun. Pada kasus lain, epsiode katapleksi bisa berlangsung lebih sering.

3. Kelumpuhan tidur atau sleep paralysis

Masalah yang sering dihadapi penderita narkolepsi yaitu ketidakmampuan untuk bergerak atau berbicara selama tertidur atau terbangun.

Episode kelumpuhan tidur atau sleep paralysis ini biasanya berlangsung singkat, antara beberapa detik atau menit.

Kita mungkin menyadari kelumpuhan selama tidur yang dialami, namun kesulitan mengingatnya dan tidak mampu mengendalikan kondisi tersebut.

Kelumpuhan tidur ini hampir sama seperti jenis kelumpuhan sementara yang terjadi selama periode tidur gerakan mata cepat atau tidur REM.

Ketidakmampuan bergerak sementara selama tidur REM dapat mencegah tubuh melakukan aktivitas mimpi.

Meski demikian, tidak semua orang dengan kelumpuhan tidur menderita narkolepsi.

4. Perubahan dalam tidur REM

Tidur REM dapat terjadi kapan saja pada orang yang memiliki narkolepsi.

Penderita narkolepsi sering beralih ke tidur REM dalam waktu cepat, biasanya sekitar 15 menit setelah tertidur.

5. Halusinasi

Halusinasi terbagi dua, yaitu halusinasi hipnagogik dan hipnopompik. Halusinasi hipnagogik terjadi saat kita tertidur, sedangkan halusinasi hipnopompik dialami ketika bangun tidur.

Contoh halusinasi adalah perasaan seolah-olah ada orang asing atau makhluk halus di kamar tidur.

Halusinasi ini terasa menakutkan karena kita tidak sepenuhnya tertidur saat mulai bermimpi, sehingga kita menganggap mimpi itu adalah kenyataan.

Kondisi lain yang dialami penderita narkolepsi

Mereka yang memiliki narkolepsi kemungkinan juga merasakan gangguan tidur lain, seperti apnea tidur obstruktif, sindrom kaki gelisah, bahkan insomnia.

Beberapa penderita narkolepsi bisa tiba-tiba tertidur saat mengerjakan tugas seperti menulis, mengetik, atau mengemudi, dan tetap melanjutkan tugas itu selama tertidur.

Ketika bangun, kita tidak dapat mengingat apa yang sudah dilakukan, dan mungkin tugas tersebut tidak diselesaikan dengan baik.

Cek ke dokter

Jika kita mengalami kantuk berlebihan di siang hari yang mengganggu kehidupan pribadi atau pekerjaan, segera kunjungi dokter untuk mendapatkan penanganan.