tentang.co.id – Bentrokan di Iran hingga kini dilaporkan belum menemukan titik terang.
Pemberontakan di Iran tersebut dipicu oleh berbagai pihak, salah satunya pemberontak bahkan minoritas.
Bahkan unjuk rasa di Iran konon ditunggangi oleh kriminal terkait narkoba.
Pengawal Revolusi Iran mengumumkan seorang perwira senior tewas dalam bentrokan di negara tersebut.
Kolonel Hamid Reza Hashemi, seorang perwira intelijen meninggal karena luka-luka yang dideritanya selama bentrokan dengan teroris.
Kematian itu menambah jumlah orang yang tewas dalam baku tembak di dekat kantor polisi di Kota Zahedan, ibu kota provinsi Sistan-Baluchestan menjadi 20 orang.
Kantor berita Tasnim melaporkan bahwa kelompok pemberontak tersebut yakni Sunni Jaish al-Adl (Tentara Keadilan).
Mereka telah mengaku bertanggung jawab atas serangan di dekat kantor polisi di Zahedan.
Dalam beberapa tahun terakhir, kelompok jihad Jaish al-Adl telah menjadi kelompok pemberontak paling aktif di Sistan-Baluchestan.
Kelompok ini telah melakukan beberapa pemboman dan penculikan tingkat tinggi.
Gubernur provinsi Sistan-Baluchestan, Hossein Khiabani, mengatakan bahwa total 20 orang yang terluka dalam bentrokan tersebut.
“Beberapa toko rantai dijarah dan dibakar, dan sejumlah bank dan pusat pemerintahan juga rusak,” katanya.
Pada Februari 2019, 27 Penjaga tewas dalam serangan bunuh diri di bus mereka.
Sistan-Baluchestan yang dilanda kemiskinan, yang berbatasan dengan Afghanistan dan Pakistan, merupakan titik pusat bentrokan dengan geng penyelundup narkoba, serta pemberontak dari minoritas Baluchi dan kelompok ekstremis Muslim Sunni.***