tentang.co.id – Belum lama ini netizen kembali dikejutkan dengan peristiwa hilangnya seorang balita saat tengah dibawa mendaki oleh kedua orangtuanya di Gunung Soputan, Provinsi Sulawesi Utara.
Diketahui, bocah berusia 3 tahun tersebut tersesat dua hari hingga mengalami hipotermia saat tengah diajak mendaki oleh kedua orangtuanya bersama dengan sejumlah pendaki dewasa lainnya.
Sayangnya, nyawa bocah itu pun tidak berhasil tertolong. Ia diketahui meninggal dunia akibat gejala hipotermia yang dialaminya tersebut.
Insiden tersebut pun sempat pula disoroti oleh salah satu pegiat pecinta alam sekaligus musisi Fiersa Besari .
Dalam akun Twitter-nya @FiersaBesari menyebutkan bahwa mengajak anak balita ke alam bebas adalah sebuah keputusan yang harus dipertimbangkan.
“Dulu, sebelum punya anak, saya juga bercita-cita membawa anak mendaki. Tapi, ketika Neng Kinasih lahir, impian itu hilang seketika,” katanya, dikutip pada Sabtu, 1 Oktober 2022.
“Mungkin karena saya over protective. Anak harus saya lindungi, bukan malah memuaskan ego pribadi,” ujarnya.
Lebih lanjut, Fiersa Besari pun mengecam para orang tua yang mengajak anak balitanya bermain di alam terbuka. Lantaran, hal tersebut terlalu berbahaya.
“Nasib anak bagaimana orang tuanya, itu betul. Tapi, patut diingat, kegiatan di alam terbuka memiliki resiko besar,” ucapnya.
“Membawa balita ke hutan, berarti harus siap dengan segala kemungkinan buruk. Sekiranya tidak siap, jangan,” tuturnya.
Sementara itu, terkait insiden tersebut, Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana ( BNPB ) Abdul Muhari pun turut buka suara.
Ia memperbolehkan para orangtua untuk mengajak anaknya yang berusia belia atau balita mendaki di alam bebas, namun hal tersebut tentu akan menjadi tanggung jawab sang orang tua.
“Selama orang tua bisa mengawasi dan mengambil tindakan jika terjadi kondisi darurat hal ini bisa saja dilakukan,” katanya.
Meski demikian, Abdul mengimbuhkan bahwa para orangtua seharusnya memperhitungkan terlebih dahulu kemampuan sang anak hingga sejumlah risiko yang dapat ditimbulkan saat mengajak mereka mendaki gunung atau bermain ke alam bebas.
“Di Eropa membawa anak tracking dan mengenalkan alam sejak dini adalah hal yang biasa. Tetapi tentu saja keselamatan anak menjadi tanggung jawab utama orang tua yang membawanya,” ujarnya.
Selain itu, para orangtua juga dihimbau agar memperhatikan iklim yang diprediksi akan terjadi di lokasi pendakian mereka.
“Bahaya yang mungkin terjadi bisa kita lihat pengalaman siklon tropis seroja April 2021 lalu. Banjir bandang, gelombang tinggi dan longsor bisa terjadi,” ucapnya.***