Tinggal bersama keluarga kecil di sebuah rumah induk milik keluarga besar menyenangkan dalam beberapa hal. Namun, mau tak mau, privasi menjadi terkikis. Tyo Tanaka, desainer interior asal Surabaya, mendapat jalan keluarnya. Yakni, membangun rumah di dalam rumah.

RUMAH induk keluarga Tyo berukuran cukup besar. Yakni, 480 meter persegi. Tyo akhirnya memanfaatkan satu kamar yang berada di bagian depan sisi kiri rumah. Kamar itu bersebelahan dengan area ruang keluarga rumah induk. Alhasil, Tyo pun menyatukannya untuk dijadikan sebuah rumah kecil sebagai ranah privasi keluarga kecilnya.

Area seluas 50 meter persegi itu kemudian disekat menjadi empat bagian. Yakni, ruang keluarga yang menjadi satu dengan pantry dan ruang makan, lalu kamar mandi, kamar anak, dan kamar utama di bagian belakang. Satu hal yang menjadi concern utama Tyo dalam mendesain rumah itu adalah menyesuaikannya dengan kebutuhan personal. Rumah mungil tersebut hanya dihuni oleh dirinya, sang istri, dan anaknya yang masih balita.

Hal itu kemudian memengaruhi pemilihan furnitur. Misalnya, ruang keluarga yang hanya memiliki sofa two-seater plus satu kursi lounge. Begitu pula set meja makan yang cukup untuk dua orang dewasa, ditambah satu high chair untuk anak kecil. Pantry atau dapur bersih pun dirancang secara sederhana. Tidak ada kompor, melainkan hanya sink, rak peralatan makan, dan oven mini.

’’Saya dan istri enggak ada yang masak. Kalau mau panasin makanan, tinggal minta ART di rumah induk,’’ kata Tyo. Menurut dia, rumah itu cukup untuk mengakomodasi kegiatan sehari-harinya. Kegiatan servis seperti memasak dan mencuci bisa dilakukan di rumah induk. ’’Beberapa fungsi akhirnya digabung. Misalnya, wastafel dan sink karena wastafel enggak cukup di kamar mandi,’’ katanya.

Meski memiliki space terbatas, Tyo berusaha memisahkan antara kamar anak dan kamar orang tua. Oleh karena itu, dia membuat partisi antara dua ruang tersebut. Kamar anak pun dibuat tanpa pintu, melainkan hanya berupa penutup kain agar anak tetap merasa aman dan nyaman berada di dekat orang tuanya.

Rumah itu memiliki dua akses masuk. Pertama, melalui pintu geser yang menghadap ke halaman depan rumah induk. Dengan begitu, Tyo dan keluarga kecilnya bisa bebas keluar masuk tanpa mengganggu aktivitas di rumah induk. Pintu itu juga menjadi sumber cahaya matahari ke dalam rumah tersebut. Namun, Tyo lebih sering masuk melalui pintu samping yang berhadapan langsung dengan area makan rumah induk. ’’Karena kalau dari rumah induk, toilet di rumah ini berada di posisi terluar. Jadi, dibuatlah pintu yang menghubungkan agar mudah,’’ terangnya.

HIGHLIGHTS

(FOTO: ANGGER BONDAN/JAWA POS)

Dari segi gaya interior, Tyo menyebut rumah itu berkonsep minimalis dengan sentuhan Scandinavian. Hal itu tampak lewat dominasi warna netral. Kemudian, ditambah aksen pemanis yang khas seperti kain bulu yang diletakkan secara effortless.

(FOTO: ANGGER BONDAN/JAWA POS)

Awalnya, Tyo ingin tampilan rumah cenderung clean. Namun, kemudian dia nyaman menjadikannya lebih ramai. Tyo menempatkan banyak frame yang menghiasi hampir seluruh dinding ruang keluarga. Memuat random artwork, lukisan, dan foto jepretannya.

(FOTO: ANGGER BONDAN/JAWA POS)

Meski terbatas, Tyo berusaha memasukkan hobinya ke dalam rumah ini. Hobi bermusik dituangkan lewat keyboard dan rak berisi koleksi kaset dan CD. Area itu bersebelahan dengan mesin pembuat kopi yang juga merupakan passion-nya.

(FOTO: ANGGER BONDAN/JAWA POS)

Area entrance terasa sejuk berkat banyaknya tanaman hias tropis. Yang mendominasi adalah monstera. Mulai jenis monstera yang masih mungil hingga yang berukuran jumbo dan variegate. Monstera itu juga diselipkan di beberapa sudut Stu.Tyo.

(FOTO: ANGGER BONDAN/JAWA POS)

  • Desainer interior: Tyo Tanaka
  • Luas bangunan: 50 meter persegi
  • Lama pengerjaan: 1 bulan
  • Lokasi: Surabaya Timur


Artikel ini bersumber dari www.jawapos.com.