Korea Utara telah mengisyaratkan akan segera memulai vaksinasi COVID-19, tetapi masih belum jelas vaksin apa yang akan digunakan, dari mana asal vaksin itu atau berapa dosis yang akan diberikan.

Dalam menyinggung hal itu pada pidatonya pekan lalu di hadapan parlemen, Majelis Rakyat Tertinggi, pemimpin Korea Utara Kim Jong Un tampak mengindikasikan bahwa kampanye vaksinasi COVID-19 akan dimulai pada bulan November.

“Sambil memberikan vaksinasi dengan cara yang bertanggung jawab, kita harus merekomendasikan semua warga agar mengenakan masker untuk melindungi kesehatan mereka sendiri mulai November,” kata Kim seraya memperingatkan kemungkinan munculnya kembali COVID-19 dan influenza pada musim dingin ini.

Seorang guru mengukur suhu tubuh seorang siswi sebelum memasuki Sekolah Dasar Kim Song Ju di Distrik Pusat di Pyongyang, Korea Utara, pada 13 Oktober 2021. (Foto: AP)

Peringatan Kim itu muncul kurang dari satu bulan setelah ia menyatakan kemenangan atas virus corona dan melonggarkan beberapa aturan antiepidemi yang paling ketat di Korea Utara.

Korea Utara telah berulang kali mengabaikan tawaran vaksin dari COVAX, upaya distribusi vaksin yang didukung PBB. Bahkan setelah pernyataan terbaru Kim, tidak ada bukti bahwa Korea Utara telah mengajukan permintaan vaksin dari Gavi, aliansi vaksin yang membantu menjalankan COVAX.

“Jika Korea Utara meminta bantuan kami untuk meluncurkan vaksin COVID-19, kami dengan senang hati akan berbagi dosis vaksin dengan mereka, seperti yang telah kami lakukan dengan 146 negara lain – lebih dari 1,7 miliar dosis sejauh ini,” kata juru bicara Gavi kepada VOA, tanpa merinci apakah telah ada permintaan yang diajukan,

Korea Utara dan Eritrea adalah dua negara yang belum memulai vaksinasi massal COVID-19. Para pakar telah lama memperingatkan bahwa Korea Utara dapat terpukul keras oleh pandemi virus corona, karena negara itu kekurangan sumber daya medis, terutama di kawasan pedesaan yang lebih sering menghadapi kemiskinan.

Sejauh ini, tidak ada bukti kematian besar-besaran terkait COVID di Korea Utara. Ini bisa jadi disebabkan Korea Utara bertindak cepat untuk menutup perbatasannya setelah virus corona muncul di negara tetangganya, China, pada awal 2020. Pemerintah otoriter Korea Utara juga melakukan kontrol sosial yang jauh lebih tinggi daripada hampir semua negara lainnya.

Jika Korea Utara jadi memulai kampanye vaksinasi massal, kemungkinan besar negara itu akan menggunakan vaksin dari China, kata banyak analis.

Rusia dan China, dua mitra internasional terdekat Korea Utara, kemungkinan besar akan memberikan sejumlah besar vaksin untuk Korea Utara, kata Nagi Shafik, mantan pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang pernah bekerja di Korea Utara. [uh/ab]

Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.